Senin, 28 Mei 2012

Tradisi Konvoi = Kebiasaan Buruk


Euphoria yang mewarnai kelulusan siswa SMA-Sederajat di seluruh Indonesia mungkin masih dirasakan mereka yang dinyatakan LULUS. Ekspresi bahagia dan haru dapat terlihat dari raut wajah dan bahasa tubuh mereka. Rasa syukur yang tak terhingga selalu diucapkan. Teriakan, tangisan, dan gelak tawa menjadi suara yang dominan pada saat itu.

                Hari Sabtu, 26 Mei 2012 adalah waktu yang ditetapkan oleh pemerintah pusat untuk mengumumkan hasil Ujian Nasional (UN) secara serentak di seluruh Indonesia. Jutaan siswa tak henti-hentinya memanjatkan do’a agar namanya tercantum pada daftar siswa yang berhasil LULUS. Namun begitu, ada juga yang memilih untuk tidak datang karena khawatir dan takut namanya tidak ada. Waktu yang dinantikan pun tiba, hasil ujian nasional tingkat SMA-Sederajat akhirnya diumumkan.
                Melalui data yang dilansir oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh mengatakan sebanyak 99,5 persen atau 1,517,125 siswa tingkat SMA yang mengikuti ujian nasional (UN) ajaran tahun 2012 dinyatakan lulus ujian. Siswa yang tidak lulus hanya mencapai 0,50 persen atau 7.579 siswa.
Dibandingkan pada tahun lalu, tingkat kelulusan peserta UN tingkat SMA/MA/SMK hanya mencapai 99,2 persen. Data Kemendikbud menyebutkan, angka ketidaklulusan siswa UN tertinggi terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) yakni 5,5 persen kemudian peringkat kedua Gorontalo dengan persentase 4,2 persen.  Tingkat kelulusan tertinggi berada di Jawa Timur. Sedangkan Bali yang sebelumnya selama dua tahun terakhir angka kelulusannya merupakan yang tertinggi menduduki peringkat kedua. Pada tahun ini sebanyak 4 sekolah yang seluruh siswanya tidak lulus UN yakni di Sumatera Utara, Maluku Utara dan Sulawesi Tenggara. Pada tahun ini mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika merupakan nilai yang hasilnya dibawah angka rata-rata nilai kelulusan. Angka kedua mata pelajaran tersebut kurang dari 5,5 atau kurang dari 4,0.
Sebuah keberhasilan “ANGKA” yang membuat pemerintah bangga. Namun dibalik “KEBERHASILAN”  yang dielu-elukan itu, tersembunyi banyak pekerjaan rumah (PR) yang belum dapat diselesaikan dunia pendidikan Nasional. Apa itu? TRADISI KONVOI yang dilakukan oleh siswa setelah hasil ujian nasional diumumkan. Saya lebih condong mendeskripsikannya sebagai KEBIASAAN BURUK yang sudah saatnya ditinggalkan oleh generasi pelajar Nusantara. Generasi terpelajar adalah generasi yang menggunakan pemikiran cerdas dalam menyikapi segala sesuatu, mengerti tentang tindakan yang akan dilakukan, apakah berimbas positif atau negatif, tidak hanya ikut-ikutan dan menjadi “FOLLOWERS” kebiasaan buruk yang tidak jelas asal usulnya.
Beberapa aspek yang perlu diketahui oleh siswa/i mengapa aksi konvoi tersebut dilarang dan “FARDHU” ditinggalkan adalah:
1. Mubassir. Pakaian seragam yang masih bisa dipakai adik-adiknya menjadi rusak karena di coret-coret. Kalaupun anak tunggal, pakaian tersebut masih bisa disumbangkan kepada mereka yang tidak mampu membeli seragam.
2. Membuat teman sekolahnya semakin sedih dikarenakan tidak semua siswa dinyatakan LULUS. Mereka yang tidak lulus, otomatis merasa perjuangannya gagal dan sia-sia, terlebih lagi banyak teman-temannya yang bergembira di tengah-tengah kesedihannya.
3. Boros BBM. Konvoi (arak-arakan) yang tidak jelas arah dan tujuannya hanya membuang-buang BBM (Bahan Bakar Minyak). BBM sekarang mahal dek…. (KECUALI ORANG KAYA). Ya itupun kalau ga malu beli BBM Premium bersubsidi yang bukan ditujukan bagi ORANG KAYA.
4. Rawan kecelakaan. Meskipun sudah dilarang oleh pihak kepolisian, karena sudah banyak terjadi kecelakaan disebabkan aksi arak-arakan di jalan tetapi tetap saja dilakukan. Dasar BANDEL.
5. Melanggar aturan lalu lintas. Katanya siswa terpelajar… Tapi naik kendaraan gak pakai helm.. Kasihan generasi bangsa. Apa kata dunia….???
Kawan-kawan, itu hanya sebagian kecil dampak negatif yang ditimbulkan dari kebiasaan buruk konvoi di jalan. Meskipun masih banyak alasan yang dapat memperkuat statement betapa berbahayanya aksi tersebut. Semoga tulisan ini dapat membantu generasi bangsa kita agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. TRADISI KONVOI = KEBIASAAN BURUK (Asm).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar