Selasa, 29 Mei 2012

Budaya NGUTANG


Ngutang, adalah kebiasaan yang seringkali dilakukan jika terdesak, ngutang juga biasanya menjadi jalan pintas yang ditempuh seseorang untuk memuluskan niatnya mendapatkan sesuatu, ibarat sebuah istilah, ngutang bisa menjadi Malaikat Penolong “sesaat” yang terbilang ampuh. Betapa tidak, selain mudah dilakukan, sang pemberi hutang pun terkadang sulit menyembunyikan perasaan “kasihan” nya ketika ada orang yang meminjam sesuatu kepadanya, sehingga semakin berkembang sajalah budaya ini.


Ngutang pada dasarnya berasal dari kata hutang yang berarti uang yang dipinjamkan dari orang lain. Seiring perkembangan sumber daya manusia (SDM) dan persepsi yang semakin amburadul, kata hutang kemudian di “modifikasi” oleh pelaku hutang yang dalam hal ini disebut pengutang menjadi UANG (cikal bakal lahirnya kata NGUANG). Dari kata inilah kebiasaan buruk tersebut dimulai, sehingga semakin mengakar dan “kokoh” di tengah-tengah Masyarakat sebagai kebiasaan favorit.

Berikut beberapa keuntungan NGUTANG:
  1. Tidak perlu bekerja karena uang selalu ada dari pinjaman orang lain.
  2. Bisa membeli apa saja dari uang pinjaman yang dimiliki.
  3. Tidak perlu pikirkan pengeluaran karena bayarnya belakangan.
  4.  Dan lain-lain.
Tentunya itu berlaku bagi mereka yang menggampangkan kegiatan berhutang tersebut. Karena tidak semua orang menyalahgunakan fungsi  dari ngutang. Untuk itulah tulisan ini saya buat untuk menyadarkan oknum-oknum “nakal” yang mengambil NGUTANG sebagai “senjata” mereka. Coba perhatikan kerugian NGUTANG berikut ini:
  1. Ngutang memang gampang, tetapi ketika waktu pembayaran tiba, banyak yang gelisah karena tidak punya uang untuk membayarnya.
  2. Terkadang membuat orang malas karena kebiasaan ini hanya bermodalkan muka memelas.
  3. Berpotensi merenggangkan silaturrahmi jika tidak bisa mengembalikan uang yang dipinjamnya.
  4. Belajar dari beragam kasus kriminal yang kebanyakan dipicu oleh hutang, tentunya kita tidak mengiginkan hal itu kan?
  5. Dan masih banyak lagi efek negatif yang bisa ditimbulkan oleh kebiasaan buruk ini.
Untuk itulah, penulis berharap agar kebiasaan NGUTANG ini janganlah dijadikan budaya, sebab kata budaya itu hanya dispecialkan untuk kegiatan-kegiatan positif saja kawan.. NGUTANG (BUKAN NGUANG YA..) itu sih boleh-boleh saja, asal dapat dikembalikan tepat pada waktunya dan saling memahami satu sama lain. Tapi kalau sudah merugikan salah satu pihak, lebih baik jangan berhutang deh.. Cari masalah aja tau gak. Be smart friends (Asm).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar